Nanti pada hari kiamat Allah Swt akan memperlihatkan setiap doa yang dipanjatkan oleh setiap orang sewaktu di dunia yang tidak Allah kabulkan, dimana Allah berfirman: Hambaku, pada suatu hari kamu memanjatkan doa kepadaku, namun Aku tahan doamu itu, maka inilah pahala sebagai pengganti doamu itu".
Padahakikatnya -sebagaimana ayat diatas "Berdoalah kepadaKu, niscaya akan aku kabulkan"- adalah sebuah janji yang mutlak tidak mungkin diingkari oleh Allah Swt. karena sesungguhnya Allah tidak menyalahi janji (QS. Ra'd: 31). namun Aku tahan doamu itu, maka inilah pahala sebagai pengganti doamu itu". Orang yang berdoa itu terus
Allahberfirman, "Berdoalah kepada-Ku, pasti akan Aku kabulkan" (QS. Al-Mumin : 60). Jika kita ingin mendapatkan tempat yang baik, maka kita dianjurkan membaca doa ini.
Jadijika ingin segera dikabulkan doanya maka ikutilah segala perintah Allah seperti Sholat, Puasa dll dan hindarilah larangan-larangan Allah agar mendapatkan rezeki yang berkah membawa kebaikan dunia dan akhirat. 2. Salah satu dari sifat Allah (Asmaul Husna) yaitu Al Hayiy yang artinya Maha Pemalu.
0xFmML. BERDO’ALAH KEPADA-KU NISCAYA AKU AKAN KABULKAN!Oleh Ustadz Abdullah bin Taslim al-Buthoni MABerdo’a dan memohon kepada Allâh Azza wa Jalla adalah sifat hamba-hamba-Nya yang shalih dan dengannya mereka dipuji dalam banyak ayat al-Qur’ Azza wa Jalla berfirmanإِنَّهُمْ كَانُوا يُسَارِعُونَ فِي الْخَيْرَاتِ وَيَدْعُونَنَا رَغَبًا وَرَهَبًا ۖ وَكَانُوا لَنَا خَاشِعِينَSesungguhnya mereka adalah orang-orang yang selalu bersegera dalam mengerjakan perbuatan-perbuatan yang baik dan mereka selalu berdo’a kepada Kami dengan berharap dan takut. Dan mereka adalah orang-orang yang khusyu’ dalam beribadah [Al-Anbiyâ’/21 90].Dalam ayat lain, Allâh Azza wa Jalla memuji hamba-hamba-Nya yang shalih dalam firman-Nyaتَتَجَافَىٰ جُنُوبُهُمْ عَنِ الْمَضَاجِعِ يَدْعُونَ رَبَّهُمْ خَوْفًا وَطَمَعًا وَمِمَّا رَزَقْنَاهُمْ يُنْفِقُونَLambung mereka jauh dari tempat tidurnya karena mereka selalu mengerjakan ibadah dan shalat ketika manusia sedang tertidur di malam hari, sedang mereka berdo’a kepada Allâh dengan rasa takut dan harap, dan mereka menafkahkan sebagian dari rezeki yang Kami berikan kepada mereka [As-Sajdah/3216].Allâh Azza wa Jalla juga berfirman tentang sifat-sifat Ibadur Rahman hamba-hamba Allâh Azza wa Jalla yang MahaPemurahوَالَّذِينَ يَبِيتُونَ لِرَبِّهِمْ سُجَّدًا وَقِيَامًا ﴿٦٤﴾ وَالَّذِينَ يَقُولُونَ رَبَّنَا اصْرِفْ عَنَّا عَذَابَ جَهَنَّمَ ۖ إِنَّ عَذَابَهَا كَانَ غَرَامًاDan mereka adalah orang yang melalui malam hari dengan bersujud dan beribadah kepada Rabb mereka Allâh Azza wa Jalla . Dan mereka berdo’a Ya Rabb kami, jauhkan kami dari azab neraka Jahannam, sesungguhnya azabnya itu adalah kebinasaan yang kekal [Al-Furqân/2564-65].Mereka selalu berdo’a kepada Allâh Azza wa Jalla karena mereka mengetahui dan meyakini bahwa semua kebaikan dunia dan akhirat ada di tangan-Nya, semua kebutuhan manusia hanya Dia-lah yang maha kuasa memenuhinya, serta semua keburukan yang ditakutkan menimpa mereka hanya Dia Azza wa Jalla yang maha mampu mencegahnya. Maka dengan keyakinan ini, mereka selalu berdo’a dan memohon kepada Allâh Azza wa Jalla di semua waktu dan keadaan, karena kunci untuk membuka pintu-pintu kebaikan yang ada di tangan Allâh Azza wa Jalla adalah dengan sungguh-sungguh memohon dan meminta Mutharrif bin Abdillâh bin asy-Syikhkhîr rahimahullah berkata “Aku mengingat-ingat apakah penghimpun segala kebaikan, karena kebaikan itu banyak; puasa, shalat dan lain-lain. Semua kebaikan itu ada di tangan Allâh Azza wa Jalla , maka jika kamu tidak mampu memiliki apa yang ada di tangan Allâh Azza wa Jalla kecuali dengan memohon kepada-Nya agar Dia memberikan semua itu kepadamu, maka berarti penghimpun semua kebaikan adalah berdo’a kepada Allâh Azza wa Jalla ” [1].Senada dengan ucapan di atas, Syaikhul Islam Ibnu Taimiyah rahimahullah berkata, “Sesungguhnya berdo’a kepada Allâh adalah kunci pembuka segala kebaikan” [2].AGUNGNYA KEDUDUKAN DO’AKedudukan do’a dalam Islam sangat agung, keutamaannya sangat besar dan kemuliaannya sangat tinggi, karena do’a merupakan ibadah yang paling agung dan ketaatan yang paling tinggi. Oleh karena itu, banyak ayat al-Qur’an dan hadits Rasûlullâh Shallallahu alaihi wa sallam yang menjelaskan kedudukannya yang agung dan tinggi, serta keutamaan yang besar bagi orang yang selalu mengerjakannya [3].Allâh Azza wa Jalla berfirmanوَقَالَ رَبُّكُمُ ادْعُونِي أَسْتَجِبْ لَكُمْ ۚ إِنَّ الَّذِينَ يَسْتَكْبِرُونَ عَنْ عِبَادَتِي سَيَدْخُلُونَ جَهَنَّمَ دَاخِرِينَDan Rabbmu berfirman“Berdo’alah kepada-Ku, niscaya akan Ku-perkenankan bagimu. Sesungguhnya orang-orang yang menyombongkan diri dari beribadah kepada-Ku berdo’a kepada-Ku akan masuk neraka Jahannam dalam keadaan hina dina [Al-Mu’min/Ghafir/40 60].Dalam sebuah hadits yang shahih, dari an-Nu’man bin Basyir Radhiyallahu anhu bahwa Rasûlullâh Shallallahu alaihi wa sallam bersabda “Berdo’a adalah ibadah”, lalu Beliau Shallallahu alaihi wa sallam membaca ayat di atas [4]. Maka maksud ibadah dalam ayat di atas adalah berdo’a kepada Allâh Azza wa Jalla .Ayat yang mulia ini menunjukkan agungnya karunia dan rahmat Allâh Azza wa Jalla kepada hamba-hamba-Nya yang beriman, karena Dia Azza wa Jalla memotivasi mereka untuk selalu berdo’a kepada-Nya, yang itu merupakan kunci kebaikan diri mereka di dunia dan akhirat, dan Dia Azza wa Jalla menjanjikan pengabulan do’a di akhir ayat ini, Allâh Azza wa Jalla memberikan ancaman keras bagi orang yang menyombongkan diri dan berpaling dari berdo’a kepada-Nya[5]. Inilah makna sabda Rasûlullâh Shallallahu alaihi wa sallam , Sesungguhnya barangsiapa yang enggan untuk memohon kepada Allâh maka Dia akan murka kepadanya [6].Kalau kita renungkan dengan seksama ayat yang mulia ini, kita akan dapati isyarat makna agung sehubungan dengan mulianya kedudukan berdo’a kepada Allâh Azza wa Jalla , yaitu bahwa orang yang paling dicintai Allâh Azza wa Jalla adalah orang selalu berdo’a dan memohon kepada-Nya, sebagaimana orang yang enggan berdo’a kepada-Nya maka dialah yang paling dibenci dan ini yang diungkapkan oleh Imam Sufyan ats-Tsauri rahimahullah dalam ucapan beliau, “Wahai Dzat yang menjadikan hamba yang paling dicintai-Nya adalah yang berdo’a dan banyak memohon kepada-Nya. Wahai Dzat yang menjadikan hamba yang paling dibenci-Nya adalah hamba yang tidak mau berdo’a kepada-Nya. Tidak ada satupun yang bersifat seperti itu selain-Mu, wahai Rabb-ku” [7].Oleh karena itu, taufik dari Allâh Azza wa Jalla yang merupakan sebab utama tercurahnya semua kebaikan dunia dan akhirat bagi seorang hamba, kunci utama untuk mendapatkannya adalah berdo’a dengan sungguh-sungguh dan memperlihatkan rasa butuh yang sangat kepada Allâh Azza wa Jalla .Imam Ibnul Qayyim rahimahullah berkata, “Kalau semua kebaikan asalnya dengan taufik yang itu adanya di tangan Allâh semata dan bukan di tangan manusia, maka kunci untuk membuka pintu taufik adalah selalu berdo’a, menampakkan rasa butuh, sungguh-sungguh dalam bersandar, selalu berharap dan takut kepada-Nya. Maka ketika Allâh telah memberikan kunci taufik ini kepada seorang hamba, berarti Dia ingin membukakan pintu taufik kepadanya. Dan ketika Allâh memalingkan kunci taufik ini dari seorang hamba, berarti pintu kebaikan taufik akan selalu tertutup baginya” [8].Bahkan lebih dari itu, berdo’a kepada Allâh Azza wa Jalla dengan merendahkan diri dan menampakkan rasa butuh kepada-Nya merupakan wujud al-ubudiyah penghambaan diri seorang hamba kepada Allâh Azza wa Jalla, sekaligus merupakan pengakuan terhadap agungnya sifat rububiyah Allâh menciptakan dan mengatur alam semesta beserta isinya serta sifat-sifat kesempurnaan-Nya yang Ibnul Qayyim rahimahullah berkata, “Allâh memerintahkan kepada hamba-Nya untuk berdo’a dan memohon kepada-Nya untuk menampakkan kedudukan al-ubudiyah penghambaan diri, kebutuhan dan ketergantungan hamba tersebut kepada Allâh Azza wa Jalla , serta dalam rangka pengakuan agungnya sifat rububiyah menciptakan dan mengatur alam semesta beserta isinya, sempurna kemahakayaan dan kemahaesaan-Nya dalam melimpahkan karunia dan kebaikan kepada hamba-hamba-Nya, dan bahwa sungguh seorang hamba tidak akan bisa terlepas dari kebutuhan kepada limpahan karunia-Nya meskipun hanya sekejap mata” [9].Maka berdo’a kepada Allâh Azza wa Jalla dengan memperlihatkan ketundukkan dan ketergantungan kepada-Nya adalah sebab perhatian dan pemuliaan Allâh Azza wa Jalla kepada hamba-hamba-Nya [10], sebagaimana dalam firman-Nyaقُلْ مَا يَعْبَأُ بِكُمْ رَبِّي لَوْلَا دُعَاؤُكُمْ ۖ فَقَدْ كَذَّبْتُمْ فَسَوْفَ يَكُونُ لِزَامًاKatakanlah “Rabbku tidak mengindahkan kamu, kalau kamu tidak berdo’a dan beribadah kepada-Nya. Tetapi bagaimana kamu beribadah kepada-Nya, padahal kamu sungguh telah mendustakan-Nya, karena itu kelak azab pasti menimpamu [Al-Furqân/2577].Dalam hadits-hadits lain, Rasûlullâh Shallallahu alaihi wa sallam bersabda tentang agungnya kedudukan do’aDari Abdullah bin Abbas Radhiyallahu anhu bahwa Rasûlullâh Shallallahu alaihi wa sallam bersabda, “Seutama-utama ibadah adalah berdo’a”[11].Dari Abu Hurairah Radhiyallahu anhu bahwa Rasûlullâh Shallallahu alaihi wa sallam bersabda, “Tidak ada sesuatupun yang lebih mulia bagi Allâh daripada do’a” [12].Semua dalil-dalil di atas menunjukkan bahwa do’a adalah ibadah yang paling utama, bahkan merupakan asas dan ruh ibadah. Hal ini disebabkan adanya beberapa keistimewaan yang terdapat di dalam do’a, di antaranya1. Sesungguhnya di dalam do’a terdapat sikap merendahkan diri, memperlihatkan kebutuhan dan ketergantungan kepada Allâh Azza wa Jalla .2. Sesungguhnya ibadah akan semakin sempurna dan tinggi keutamaannya ketika hati semakin khusyu’ dan pikiran semakin fokus, sedangkan do’a merupakan ibadah yang paling dekat untuk meraih tujuan agung ini, karena kebutuhan dan ketergantungan seorang hamba akan menjadikan hatinya lebih khusyu’ dan Sesungguhnya do’a mengandung konsekuensi sifat tawakal penyandaran hati yang benar kepada Allâh Azza wa Jalla untuk meraih kebaikan dan mencegah keburukan dan memohon pertolongan kepada Allâh Azza wa Jalla , yang keduanya merupakan ruh ibadah dan ketaatan kepada Allâh Azza wa Jalla [13].MAKNA DO’A DAN MACAMNYASecara bahasa, do’a berarti mencondongkan memalingkan sesuatu kepadamu dengan suara dan ucapan darimu [14].Adapun secara syar’i, berdoa adalah bermunajat berucap dengan suara yang pelan kepada Allâh Azza wa Jalla dengan menyeru-Nya untuk memohon sesuatu kebaikan dan menolak sesuatu keburukan [15].Atau makna yang lebih lengkap menyeru kepada Allâh Azza wa Jalla dengan ucapan yang mengandung permohonan dan sanjungan kepada-Nya dengan nama-nama-Nya yang maha indah dan sifat-sifat-Nya yang maha sempurna [16].Para Ulama Ahlus Sunnah wal Jama’ah membagi do’a menjadi 2 macam [17]1. Do’a permohonan, inilah macam do’a yang sedang kita bahas dalam tulisan Do’a ibadah dan sanjungan, yang ini meliputi semua jenis ibadah yang disyariatkan dalam Islam, lahir dan batin. Misalnya shalat, puasa, berdzikir, berkurban, takut, berharap, bertawakal, mencintai dan ibadah-ibadah lainnya [18].Dalam hadits shahih yang telah kami sebutkan di atas, Rasûlullâh Shallallahu alaihi wa sallam bersabda, “Berdo’a adalah ibadah” [19]Hadits ini menunjukkan bahwa do’a adalah ibadah agung yang merupakan hak Allâh Azza wa Jalla yang murni, dan ini mencakup dua macam do’a yang disebut di atas. Maka memalingkan ibadah ini kepada selain Allâh Azza wa Jalla atau menyekutukan Allâh Azza wa Jalla dengan makhluk di dalamnya adalah termasuk perbuatan syirik besar yang menjadikan pelakunya keluar dari agama Islam yang mulia ini, na’uudzu billahi min Azza wa Jalla berfirmanوَمَا أُمِرُوا إِلَّا لِيَعْبُدُوا إِلَٰهًا وَاحِدًا ۖ لَا إِلَٰهَ إِلَّا هُوَ ۚ سُبْحَانَهُ عَمَّا يُشْرِكُونَPadahal mereka tidak diperintahkan kecuali hanya untuk menyembah Ilah sembahan yang benar, Allâh Yang Maha Esa; tidak ada Ilah sembahan yang benar selain Dia. Maha suci Allâh dari apa yang mereka persekutukan [At-Taubah/931].Dalam ayat lain, Dia Azza wa Jalla juga berfirmanقُلْ إِنَّمَا أَدْعُو رَبِّي وَلَا أُشْرِكُ بِهِ أَحَدًاKatakanlah “Sesungguhnya aku hanya berdo’a beribadah kepada Rabb-ku dan aku tidak mempersekutukan sesuatupun dengan-Nya [Al-Jinn/7220].Dan ayat-ayat lain dalam al-Qur’an yang menjelaskan larangan keras memalingkan do’a kepada selain Allâh Azza wa Jalla atau menyekutukan Allâh Azza wa Jalla dengan makhluk di dalamnya. Ayat-ayat tersebut sangat banyak dan beragam kandungannya, untuk menggambarkan besarnya keburukan perbuatan syirik ini dan sangat kerasnya ancaman bagi yang melakukannya, wal’iyaadzu billah. Sampai-sampai salah seorang Ulama Ahlus Sunnah berkata, “Kita tidak mengetahui jenis kekufuran dan kemurtadan yang disebutkan dalam dalil-dalil dari al-Qur’an dan hadits Rasûlullâh Shallallahu alaihi wa sallam seperti keburukan yang disebutkan dalam dalil-dalil tersebut tentang berdo’a kepada selain Allâh, berupa larangan yang keras dari perbuatan tersebut, peringatan untuk menjauhinya, dan ancaman keras bagi yang melakukannya” [20].[Disalin dari majalah As-Sunnah Edisi 08/Tahun XX/1438H/2016M. Diterbitkan Yayasan Lajnah Istiqomah Surakarta, Jl. Solo – Purwodadi Selokaton Gondangrejo Solo 57183 Telp. 0271-858197 Fax Pemasaran 085290093792, 08121533647, 081575792961, Redaksi 08122589079] _______ Footnote [1] Diriwayatkan oleh Imam Ahmad dalam kitab “az-Zuhd” no. 1346. [2] Kitab “Majmuu’ul fata-wa” 10/661. [3] Lihat penjelasan Syaikh Abdur Razzaq al-Badr dalam kitab “Fiqhul ad’iyati wal adzkâr” 2/7. [4] HR Abu Dawud no. 1479, at-Tirmidzi 5/211, Ibnu Majah no. 3828 dan lain-lain, dinyatakan shahih oleh Syaikh al-Albani. [5] Lihat kitab “Tafsir Ibnu Katsir” 4/109 dan “Taisîrul Karîmir Rahmân” hlm. 740. [6] HR at-Tirmidzi no. 3373 dan al-Hakim 1/667, dinyatakan hasan oleh Syaikh al-Albani. [7] Dinukil oleh Imam Ibnu Katsir dalam tafsir beliau 4/109. [8] Kitab “Al Fawa-id” hlm. 133- cet. Muassasah ummil Qura, Mesir 1424 H. [9] Kitab “Madârijus sâlikîn” 3/102. [10] Lihat kitab “Taisîrul Karîmir Rahmân” hal. 587. [11] HR. Al-Hakim 1/667, dinyatakan shahih oleh al-Hakim, disepakati oleh adz-Dzahabi dan dinyatakan hasan oleh Syaikh al-Albani dalam kitab “Silsilatul ahâ-dîtsidh dha’îfati wal maudhû’ah” no. 1579. [12] HR. At-Tirmidzi 5/455, Ahmad 2/362, Ibnu Hibban 3/151 dan al-Hakim 1/666, dinyatakan shahih oleh Imam Ibnu Hibban dan al-Hakim, serta dinyatakan hasan oleh Imam at-Tirmidzi dan Syaikh al-Albani. [13] Lihat kitab “Fiqhul ad’iyati wal adzkâr” 2/13. [14] Kitab “Mu’jamu maqa-yîsil lugah” 2/228. [15] Lihat keterangan Imam Abu Hayyan al-Andalûsi dalam kitab tafsir beliau “al-Bahrul muhîth” 5/361. [16] Lihat keterangan Syaikhul Islam Ibnu Taimiyah dalam “Majmû’ul fatâwa” 15/19 dan Imam Ibnul Qayyim dalam “Bada-i’ul fawa-id” 3/521. [17] Lihat keterangan Syaikhul Islam Ibnu Taimiyah dalam “Majmû’ul fatâwa” 10/258, Imam Ibnul Qayyim dalam “Jalâul afhâm” hlmn. 155 dan Syaikh Abdur Rahman as-Sa’di dalam “Taisîrul Karîmir Rahmân” hlmn 87. [18] Lihat keterangan Syaikh Abdur Rahman as-Sa’di dalam “Taisîrul Karîmir Rahmân” hlmn 257 dan 415. [19] HR Abu Dawud no. 1479, at-Tirmidzi 5/211, Ibnu Majah no. 3828 dan lain-lain, dinyatakan shahih oleh Syaikh al-Albani. [20] Lihat kitab “Fiqhul Ad’iyati Wal Adzkâr” 2/39-40. Home /A7. Adab Do'a dan.../Berdo’alah Kepada-Ku Niscaya Akan...
JAKARTA - Saat berdoa kepada Allah, kita dianjurkan untuk membacakan puji-pujian kepada Allah. Selain itu, kita juga dianjurkan untuk membacakan kalimat dalam doa yang mengagungkan Allah. Ibnu Qayyim Al Jauziah, dalam kitabnya yang berjudul Terapi Hati menyebutkan, doa yang berisi nama-nama Allah yang agung, niscaya akan dikabulkan. Di antara doa yang berisi nama Allah yang teragung tersebut adalah yang terdapat pada hadist yang diriwayatkan oleh Abdullah bin Buraidah dari ayahnya, Nabi Muhammad pernah mendengar seorang laki-laki berdoa "Ya Allah, sesungguhnya aku memohon kepadaMu, karena aku menyaksikan bahwa Engkau adalah Allah yang Maha Tunggal, tiada beranak dan tiada pula diperanakkan, dan tiada seorang pun yang setara dengan-Nya."Mendengar doa laki-laki itu, Nabi bersabda, "Ia telah memohon kepada Allah dengan nama-Nya. Bila seorang memohon dengan memakai nama tersebut, Allah akan memberi. Kalau ia berdoa, Allah pasti mengabulkan memberi ijabah." Kemudian, Nabi mengatakan kepada laki-laki tersebut, "Engkau telah meminta kepada Allah dengan nama-Nya yang agung."Selain itu, dalam Musnad Imam Ahmad bin Hanbal dan Shahih Muslim, diriwayatkan oleh Abu Hurairah, Anas bin Malik, dan Rabiah bin Amir, disebutkan bahwa Rasulullah SAW bersabda"Pegang teguhlah dengan bacaan, 'Ya Dza al Jalal Wa al Ikram." Artinya yaitu, "Ya Allah yang memiliki keagungan dan kemuliaan." Makna hadist tersebut adalah agar kita bergantung kepada-Nya, berpegang keagungan sifat-Nya, dan terus-menerus membaca nama-namaNya. Lainnya, dalam Jami' karya Imam Tirmidzi disebutkan salah satu hadist yang menyebutkan ketika Rasul sedang risau atau menghadapi suatu persoalan, Rasulullah SAW mengangkat kepala ke langit. Ketika bersunguh-sungguh dalam berdoa, beliau mengucapkan, "Ya Hayyu ya Qayyum Yang Maha Hidup dan berdiri sendiri.""Setiap Muslim yang berdoa dengan ungkapan itu kepada-Nya maka Allah akan mengabulkannya," tulis Ibnu Qayyim. BACA JUGA Update Berita-Berita Politik Perspektif Klik di Sini
Pertanyaan Apa syarat berdoa agar doanya dikabulkan dan diterima di sisi Allah? Teks Jawaban berdoa banyak, di antaranya 1. Tidak berdoa kecuali kepada Allah Azza Wajalla. Nabi sallallahu aliahi wa sallam mengatakan kepada Ibnu Abbas, “Jika engkau meminta, maka memintalah kepada Allah. Kalau engkau meminta bantuan, mintalah bantuan kepada Allah.” Dinyatakan shahih oleh Albani dalam Shahih Al-Jami’, no. 2516. HR. Tirmizi Dan ini makna dari firman Allah Ta’ala وَأَنَّ الْمَسَاجِدَ لِلَّهِ فَلا تَدْعُو مَعَ اللَّهِ أَحَداً سورة الجـن 18 “Dan sesungguhnya mesjid-mesjid itu adalah kepunyaan Allah. Maka janganlah kamu menyembah seseorangpun di dalamnya di samping menyembah Allah.” QS. Jin 18 Syarat ini termasuk syarat doa yang paling agung. Tanpanya tidak akan diterima doa dan tidak akan diangkat amalannya. Diantara manusia –ada yang berdoa kepada mayit dan menjadikannya sebagai perantara antara mereka dengan Allah. Mereka menyangka bahwa orang-orang sholeh dapat mendekatkan kepada Allah dan sebagai wasitah perantara mereka disisi Allah Subhanah. Mereka merasa berdosa dan tidak ada kedudukan di sisi Allah. Oleh karena itu mereka menjadikan perantara dengan berdoa kepada mereka selain Allah. Sementara Allah subhana Wata’ala berfirman وَإِذَا سَأَلَكَ عِبَادِي عَنِّي فَإِنِّي قَرِيبٌ أُجِيبُ دَعْوَةَ الدَّاعِ إِذَا دَعَانِ سورة البقرة 186 “Dan apabila hamba-hamba-Ku bertanya kepadamu tentang Aku, maka jawablah, bahwasanya Aku adalah dekat. Aku mengabulkan permohonan orang yang berdoa apabila ia memohon kepada-Ku.” QS. Al-Baqarah 186 2. Bertawasul kepada Allah dengan salah satu macam tawasaul yang diperbolehkan. 3. Tidak tergesa-gesa. Karena ia termasuk kekeliruan dalam berdoa yang menghalangi terkabulnya doa. Disebutkan dalam hadits يُسْتَجَابُ لِأَحَدِكُمْ مَا لَمْ يَعْجَلْ يَقُولُ قَدْ دَعَوْتُ اللَّهَ، فَلَمْ يَسْتَجِبْ لِي رواه البخاري، رقم 6340 ومسلم، رقم 2735 “Dikabulkan salah seorang diantara kalian doanya selagi tidak tergesa-gesa. Seraya dia mengatakan, “Saya telah berdoa dan belum dikabulkan untukku.” HR. Bukhori, no. 6340 dan Muslim, no. 2735. Dalam Shahih Muslim, no. 2736 لَا يَزَالُ يُسْتَجَابُ لِلْعَبْدِ مَا لَمْ يَدْعُ بِإِثْمٍ أَوْ قَطِيعَةِ رَحِمٍ , مَا لَمْ يَسْتَعْجِلْ "، قِيلَ يَا رَسُولَ اللهِ مَا الِاسْتِعْجَالُ؟، قَالَ " يَقُولُ قَدْ دَعَوْتُ وَقَدْ دَعَوْتُ , فَلَمْ أَرَ يَسْتَجِيبُ لِي , فَيَسْتَحْسِرُ عِنْدَ ذَلِكَ وَيَدَعُ الدُّعَاءَ " “Doa seorang hamba senantiasa terkabulkan selagi tidak berdoa untuk dosa, memutus kekerabatan dan selagi tidak tergesa-gesa.” Ada yang bertanya, “Wahai Rasulullah apa tergesa-gesa itu?” Beliau menjawab, “Dia berkata, aku sudah berdoa, aku sudah berdoa tapi aku tidak melihat dikabulkan sehingga dia merasa kecewa akan hal itu lalu dia meninggalkan doa.” 4. Berdoa bukan untuk dosa dan memutus kekerabatan sebagaimana hadits tadi. “Doa seorang hamba akan dikabulkan selagi tidak berdoa untuk dosa dan memutus silaturrahim. 5. Berbaik sangka kepada Allah. Rasulullah saw bersabda, “Allah Taala berfirman, “Aku tergantung persangkaan hambaKu kepadaKu.” HR. Bukhari, no. 7405, Muslim, no. 4675 Juga disebutkan dalam hadits Abu Hurairah, ادْعُوا اللهَ وَأَنْتُمْ مُوقِنُونَ بِالْإِجَابَةِ رواه الترمذي , وحسنه الألباني في صحيح الجامع، رقم 245 “Berdoalah kepada Allah dalam keadaan kalian yakin bahwa doa kalian akan dikabulkan.” HR. Tirmizi, dinyatakan hasan oleh Al-Albany dalam Shahih Al-Jami, no. 245 Siapa yang bersangka baik kepada Allah, maka Allah akan balas dengan kebaikan yang banyak, akan ditebar kepadanya berbagai karuniaNya. 6. Hadirnya hati. Hendaknya orang yang berdoa menghadirkan hati dan merasakan keagungan siapa yang dia berdoa kepadanya. Rasulullah shallallahu alaihi wa sallam bersabda, وَاعْلَمُوا أَنَّ اللَّهَ لَا يَسْتَجِيبُ دُعَاءً مِنْ قَلْبٍ لَاهٍ رواه الترمذي، رقم 3479 وحسنه الألباني في صحيح الجامع، رقم 245 “Ketahuilah, sesungguhnya Allah tidak mengabulkan doa dari hati yang lalai.” HR. Tirmizi, no. 3479, dinyatakan hasan oleh Al-Albany dalam Shahih Al-Jami, no. 245 7. Mengkonsumsi yang halal. Allah Taala berfirman, إنَّمَا يَتَقَبَّلُ اللَّهُ مِنَ الْمُتَّقِينَ سورة المائدة 27 “Sesungguhnya Allah hanya menerima dari orang-orang yang bertakwa.” QS. Al-Maidah 27 Nabi shallallahu alaihi wa sallam menyatakan bahwa doa tertolak bagi orang yang makan dan minum serta memakai barang yang haram. Disebutkan dalam hadits bahwa beliau menyebutkan seseorang yang sehabis menempuh safar, kusut dan dekil, lalu dia mengangkat kedua tangannya ke langit dan mengucapkan, ya rabbi ya rabbi, sementara makanannya haram, minumannya haram, pakaiannya haram dan tumbuh dari barang haram, bagaimana doanya diterima?! HR. Muslim, no. 1015 Ibnu Qayim berkata, “Demikian pula memakan makanan haram, menghilangkan kekuatannya kekuatan doa dan melemahkannya.” 8. Hindari doa yang melampaui batas. Allah Taala tidak menyukai sikap melampuai batas dalam berdoa. Allah Taala berfirman, ادْعُوا رَبَّكُمْ تَضَرُّعاً وَخُفْيَةً إِنَّهُ لا يُحِبُّ الْمُعْتَدِينَ سورة الأعراف 55 “Berdoalah kepada Tuhanmu dengan berendah diri dan suara yang lembut. Sesungguhnya Allah tidak menyukai orang-orang yang melampaui batas.” QS. Al-A’raf 55 Perhatikan soal no. 41017 9. Jangan sibuk berdoa sehingga meninggalkan kewajiban, seperti meninggalkan kewajiban yang saat itu harus dilakukan atau meninggalkan hak-hak yang saat itu harus ditunaikan, seperti meninggalkan hak orang tua dengan alasan berdoa. Kisah Juraij orang yang ahli ibadah memberikan isyarat akan hal itu, karena dia mengabaikan panggilan ibunya dan melanjutkan shalatnya, sehingga dia meninggalkannya, akhirnya Allah mengujinya. An-Nawawi rahimahullah berkata, “Para ulama berkata, Ini merupakan dalil bahwa yang benar baginya ketika itu adalah memenuhi panggilan ibunya, karena saat itu dia sedang shalat sunah, melanjutknnya adalah sunah, tidak wajib, sementara memenuhi panggilan ibunya dan berbakti kepadanya merupakan kewajiban dan durhaka kepadanya adalah haram.” Shahih Muslim, Syarah An-Nawawi, 16/82 Sebagai tambahan, hendaknya dilihat kitab Ad-Du’a’ Muhamad bin Ibrahim Al-Hamad. Wallahua’lam.